POTENSI DAN PEMANFAATAN KOMODO
Makalah Ekonomi Sumberdaya Hutan Medan, April 2019
KATA PENGANTAR .........................................................................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................................................2
1.3 Tujuan .......................................................................................................................................2
BAB II. ISI
2.1 Sejarah Komodo ......................................................................................................................3
2.2 Ciri-Ciri Komodo ....................................................................................................................5
2.3 Perilaku Komodo ....................................................................................................................5
2.4 Habitat dan Konservasi Komodo ............................................................................................7
2.5 Pemanfaatan Komodo .............................................................................................................9
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan ...................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Komodo?
2. Apa ciri-ciri dari Komodo?
3. Bagaimana perilaku kehidupan Komodo?
4. Bagaimana habitat dan konservasi Komodo?
5. Apa saja yang dapat dimanfaatkan dari Komodo?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah dari Komodo.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari Komodo.
3. Untuk mengetahui perilaku kehidupan Komodo.
4. Untuk mengetahui habitat dan konservasi pada Komodo.
5. Untuk mengetahui apa saja yang dapat dimanfaatkan dari Komodo.
2.1 Sejarah Komodo
2.3 Perilaku Komodo
2.4 Habitat dan Konservasi Komodo
2.5 Pemanfaatan Komodo
Kesimpulan
https://duniasatwaku.wordpress.com/2013/09/12/komodo-ciri-ciri-habitat-dan-klasifikasi-komodo/
https://id.wikipedia.org/wiki/Komodo
https://manfaat.co.id/manfaat-hewan-komodo
https://satujam.com/sejarah-dan-ciri-ciri-komodo/
https://www.mongabay.co.id/2019/02/08/buka-atau-tutup-nasib-pulau-komodo-putus-juli-2019/
Alikodra. 2010. Pengelolaan Satwa Liar. Jilid 1. Yayasan Penerbit. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.
Dewi, I. 2016. Lembaga Konservasi Satwa Dalam Pespektif Perdagangan Satwa Ilegal. Jurnal Hukum. Program Studi Magister Ilmu Hukum. Universitas Udayana. Denpasar.
Khoiri. 2009. Status Populasi dan Konservasi Satwa Liar. Jurnal Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.
POTENSI DAN PEMANFAATAN KOMODO
Dosen Penanggung Jawab:
Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si
Disusun Oleh:
Nafisah Mawaddah
171201192
HUT 4C
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini berjudul “Potensi dan Pemanfaatan Komodo" pada mata kuliah Ekonomi Sumberdaya Hutan.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan, memaparkan berbagai hal yang berkaitan dengan Tugas Ekonomi Sumberdaya Hutan sehingga dapat membantu para mahasiswa, serta memenuhi tugas yang telah diberikan oleh Dr. Agus Purwoko, S. Hut., M.Si selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Ekonomi Sumberdaya Hutan.
Penulis menyadari masih terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penulisan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat dan dapat merealisasikan ilmu yang ada di makalah ini.
Medan, April 2019
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................................................2
1.3 Tujuan .......................................................................................................................................2
BAB II. ISI
2.1 Sejarah Komodo ......................................................................................................................3
2.2 Ciri-Ciri Komodo ....................................................................................................................5
2.3 Perilaku Komodo ....................................................................................................................5
2.4 Habitat dan Konservasi Komodo ............................................................................................7
2.5 Pemanfaatan Komodo .............................................................................................................9
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan ...................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, termasuk tingkat endemisme yang tinggi. Tingkat endemisme yang tinggi Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertingi yang dilengkapi dengan keunikan tersendiri, membuat Indonesia memiliki peran yang penting dalam perdagangan satwa di dunia, sehingga Indonesia menjadi salah satu pemasok terbesar perdagangan satwa dunia. Hal ini tentu saja merupakan peluang yang besar bagi Indonesia untuk dapat memanfaatkan kekayaan satwanya untuk meningkatkan pendapatan ekonomi, termasuk bagi masyarakat yang tinggal di sekitar habitat satwa. Namun, pemanfaatan ini memang harus memperhatikan kondisi populasi berbagai jenis satwa yang dimanfaatkan agar dapat diperoleh pemanfaatan secara berkelanjutan. Sekitar 300.000 jenis satwa liar atau sekitar 17% dari jenis satwa di dunia berada di Indonesia. Satwa-satwa tersebut tersebar di seluruh pulau di Indonesia.
Beranekaragam jenis satwa tersebar dibeberapa tipe habitat. Bermacam macam jenis satwa liar ini merupakan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk banyak kepentingan manusia yang meliputi berbagai aspek kehidupan baik untuk kepentingan ekologis, ekonomis, sosial, dan maupun kebudayaan. Indonesia yang memiliki keanekaragaman jenis satwa liar yang sangat tinggi dan beranekaragam. Manusia memanfaatkannya dengan berbagai cara, dan sering kali menyebabkan terjadinya penurunan populasi satwa liar, bahkan hingga menyebabkan beberapa jenis satwa liar terancam akan punah. Pada saat ini kegiatan konservasi sumber daya alam diperlukan untuk mencakup aspek perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan sumber daya alam yang baik.
Negara Indonesia sebagai negara yang menyimpan banyak keanekaragaman jenis satwa liar dan merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat keterancaman terhadap kepunahan satwa liar, kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan berbagai pihak secara nasional maupun global. Perusakan hutan, pengalihan fungsi hutan yang berlebihan serta rusaknya habitat satwa liar merupakan faktor utama yang mengancam punahnya satwa liar tersebut. Keadaan ini telah membawa konsekuensi buruk terhadap pertumbuhan populasi satwa, terutama karena mereka terkurung dalam habitatnya yang menjadi sempit. Pergerakannya akan berbenturan dengan kegiatan manusia. Hutan sebagai rumah berbagai macam satwa liar tidak lagi mampu melindungi keberadaan satwa akibat perusakan habitatnya.
Komodo, atau juga disebut biawak komodo (Varanus komodoensis), adalah spesies biawak besar yang terdapat di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan nama setempat ora. Komodo adalah satu-satunya spesies terakhir dari keluarga monitor lizard yang mampu bertahan hidup dan berkembang. Komodo merupakan spesies terbesar dari familia Varanidae, sekaligus kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 meter dan beratnya bisa mencapai 100 kg. Diperkirakan masih ada sekitar 2.000 ekor lagi yang terpencar di Flores, yakni di pesisir Barat Manggarai dan pesisir Utara Kabupaten Ngada serta beberapa tempat di Kabupaten Ende. Biawak komodo merupakan spesies yang rentan terhadap kepunahan, dan dikatagorikan sebagai spesies Rentan dalam daftar IUCN Red List.
1. Bagaimana sejarah Komodo?
2. Apa ciri-ciri dari Komodo?
3. Bagaimana perilaku kehidupan Komodo?
4. Bagaimana habitat dan konservasi Komodo?
5. Apa saja yang dapat dimanfaatkan dari Komodo?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah dari Komodo.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari Komodo.
3. Untuk mengetahui perilaku kehidupan Komodo.
4. Untuk mengetahui habitat dan konservasi pada Komodo.
5. Untuk mengetahui apa saja yang dapat dimanfaatkan dari Komodo.
BAB II
ISI
Komodo atau juga disebut biawak komodo (Varanus komodoensis), adalah spesies biawak besar yang terdapat di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan nama setempat ora. Komodo pertama kali didokumentasikan oleh orang Eropa pada tahun 1910. Namanya meluas setelah tahun 1912, ketika Pieter Antonie Ouwens, direktur Museum Zoologi di Buitenzorg (kini Bogor), menerbitkan jurnal tentang komodo setelah menerima foto dan kulit reptil ini. Selanjutnya, komodo adalah faktor pendorong dilakukannya ekspedisi ke pulau Komodo oleh W. Douglas Burden pada tahun 1926. Setelah kembali dengan 12 spesimen yang diawetkan dan 2 ekor komodo hidup, ekspedisi ini memberikan inspirasi untuk film King Kong tahun 1933. W. Douglas Burden adalah orang yang pertama memberikan nama "Komodo dragon" kepada hewan ini. Tiga dari spesimen komodo yang diperolehnya diawetkan menjadi hewan pajangan dan hingga kini masih disimpan di Museum Sejarah Alam Amerika.
Para peneliti dan ilmuwan menyadari berkurangnya jumlah hewan ini di alam bebas, para ilmuwan dan organisasi internasional melarang perburuan komodo dan membatasi jumlah hewan yang diambil untuk penelitian ilmiah. Ekspedisi komodo terhenti semasa Perang Dunia II, dan tak dilanjutkan sampai dengan tahun 1950an dan 1960an. Pada tahun-tahun itu, sebuah ekspedisi yang lain dirancang untuk meneliti komodo dalam jangka panjang. Tugas ini jatuh ke tangan keluarga Auffenberg, yang kemudian tinggal selama 11 bulan di Pulau Komodo pada tahun 1969. Selama masa itu, Walter Auffenberg dan Putra Sastrawan sebagai asistennya, berhasil menangkap dan menandai lebih dari 50 ekor komodo. Hasil ekspedisi ini ternyata sangat berpengaruh terhadap meningkatnya penangkaran komodo. Penelitian-penelitian berikutnya kemudian memberikan gambaran yang lebih terang dan jelas mengenai sifat-sifat alami komodo, sehingga para biolog seperti halnya Claudio Ciofi dapat melanjutkan kajian yang lebih mendalam. Biawak komodo merupakan spesies yang rentan terhadap kepunahan.
Komodo mampu melihat hingga sejauh 300 m, namun karena retinanya hanya memiliki sel kerucut, hewan ini tidak dapat melihat dengan baik di kegelapan malam. Komodo mampu membedakan warna namun tidak begitu mampu membedakan objek yang tak bergerak. Komodo tidak memiliki indera pendengaran, walaupun memiliki lubang telinga. Komodo menggunakan lidahnya untuk mencium bau mangsanya seperti halnya sebagian besar Squamata. Lidah komodo menangkap partikel bau di udara lalu menaruhnya ke organ di langit-langit mulutnya yang disebut organ Jacobson yang berfungsi untuk menganalisis tanda-tanda dari bau tersebut.
Dengan bantuan angin dan kebiasaannya menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri ketika berjalan, komodo dapat mendeteksi keberadaan daging bangkai sejauh 4 - 9.5 km. Lubang hidung komodo hanya berfungsi untuk bernafas dan bukan mencium bau karena komodo tidak memiliki selaput penerima bau di hidungnya. Komodo juga tidak memiliki organ perasa di lidahnya, hanya ada sedikit ujung-ujung saraf perasa di tenggorokan dalam. Komodo sempat dianggap tuli ketika penelitian mendapatkan bahwa bisikan, suara yang meningkat dan teriakan ternyata tidak memengaruhi komodo tersebut. Hal ini kemudian terbantahkan ketika karyawan Kebun Binatang London ZSL, Joan Proctor melatih biawak komodo untuk keluar makan dengan suaranya, bahkan juga ketika ia tidak terlihat oleh si biawak.
Klasifikasi ilmiah dari Komodo menurut Ouwens 1912 adalah, Kerajaan: Animalia, Filum: Chordata, Kelas: Reptilia, Ordo: Squamata, Upaordo: Autarchoglossa, Famili: Varanidae, Genus: Varanus, Spesies: V. Komodoensis. Nama binomial: Varanus komodoensis.
2.2 Ciri-Ciri Komodo
Dalam alam bebas, ciri-ciri komodo yang sudah berumur dewasa umumnya mempunyai berat kurang lebih sekitar 70 kg, tetapi komodo yang dipelihara di penangkaran kerap mempunyai bobot tubuh yang semakin besar. Spesimen liar terbesar yang dulu ada mempunyai panjang sebesar 3,13 meter. Dan memiliki berat 166 kilogram, terhitung berat makanan yg belum dicerna didalam perutnya. Walau komodo tercatat sebagai kadal terbesar yg tetap hidup. Ciri-ciri komodo selanjutnya yaitu mempunyai ekor yang sama panjang dengan tubuhnya, serta ± 60 buah gigi yang bergerigi tajam dengan panjang ± 2,5 cm, yang sering diganti. Air liur komodo kerap kali bercampur sedikit darah dikarenakan giginya nyaris semuanya dilapisi jaringan gingiva serta jaringan ini tercabik sepanjang makan. Keadaan ini menciptakan lingkungan perkembangan yang ideal untuk bakteri mematikan yang hidup di mulut mereka.
Komodo juga mempunyai ciri-ciri lidah yang panjang, berwarna kuning serta bercabang mirip seperti ular. Komodo jantan semakin besar dari pada komodo betina dengan warna kulit dari abu-abu gelap hingga merah batu bata, sesaat komodo betina memiliki warna lebih hijau dari buah zaitun, serta mempunyai potongan kecil kuning yang ada pada tenggorokannya. Komodo yang muda lebih berwarna, dengan warna kuning, hijau serta putih pada latar belakang hitam.
Komodo liar hanya terdapat dan hanya bisa ditemukan di Indonesia di Nusa Tenggara Timur, tepatnya di pulau Komodo, Rinca dan beberapa pulau kecil di sekitarnya serta di pesisir barat pulau Flores. Habitat komodo adalah padang rumput terbuka (sabana) dan hutan belukar, terkadang juga di pesisir pantai. Komodo beraktivitas pada siang hingga sore hari, tetapi tetap berteduh ketika suhu udara sangat panas. Komodo adalah binatang yang penyendiri dan hanya berkumpul bersama pada saat makan atau berkembang biak. Biawak ini dapat berlari cepat hingga 20 km/jam pada jarak yang pendek. Komodo juga pandai berenang dan mampu menyelam sedalam 4.5 meter serta pandai memanjat pohon menggunakan cakar mereka yang kuat. Untuk menangkap mangsa yang berada di luar jangkauannya, komodo dapat berdiri dengan kaki belakangnya dan menggunakan ekornya sebagai penunjang.
Seiring bertambahnya umur dan ukuran badan, komodo lebih sering menggunakan cakarnya sebagai senjata, karena ukuran tubuh yang besar menyulitkannya memanjat pohon. Untuk tempat berlindung, komodo mampu menggali lubang selebar 1 - 3 meter dengan tungkai depan dan cakarnya yang kuat. Karena ukuran tubuhnya dan kebiasaan tidur di dalam lubang, komodo dapat menjaga panas tubuhnya selama malam hari dan mengurangi waktu berjemur pada pagi hari selanjutnya. Adapun perilaku komodo yaitu antara lain:
1. Makanan
Komodo adalah hewan pemakan hewan lain (karnivora). Akan tetapi, biawak ini lebih sering memakan daging bangkai. Penelitian yang ada menunjukkan bahwa biawak komodo berburu mangsa hidup dengan cara mengendap-endap diikuti dengan serangan tiba-tiba terhadap korbannya. Ketika mangsa itu sudah dalam jangkauannya, komodo segera menyerangnya dengan menggigit pada sisi bawah tubuh atau tenggorokan. Komodo menemukan mangsanya dengan menggunakan lidahnya yang dapat menrasakan bau mangsa, binatang mati atau sekarat pada jarak hingga 9,5 kilometer. Komodo memakan buruannya dengan cara mencabik potongan besar dari daging, lalu menelannya bulat-bulat, sementara tungkai depannya menahan tubuh mangsanya.
Untuk mangsa berukuran kecil hingga sebesar kambing, terkadang komodo langsung menghabiskannya sekali telan. Air liur pada mulut komodo membantunya menelan mangsanya. Meskipun begitu, proses menelan tetap memerlukan waktu yang panjang, biasanya 15–20 menit diperlukan untuk menelan seekor kambing. Komodo kadang-kadang berusaha mempercepat proses menelan itu dengan menekan daging mangsanya ke pohon atau batu, untuk memaksa daging "masuk" melewati kerongkongannya. Untuk menghindari penyumbatan udara ketika menelan, komodo bernapas melalui sebuah saluran kecil di bawah lidah, yang berhubungan langsung dengan paru-parunya. Rahangnya komodo dapat dibuka dengan leluasa karena otot tengkoraknya yang lentur, memungkinkan komodo dapat melahap mangsa yang besar hingga sebesar 80% bobot tubuhnya sendiri dalam sekali makan. Mangsa komodo dewasa di antaranya reptilia kecil (termasuk jenisnya sendiri), babi hutan, kambing, rusa, kuda, dan kerbau. Sedangkan komodo muda memangsa serangga, telur, mamalia dan reptilia kecil.
2. Bisa dan Bakteri
Pada akhir 2005, peneliti dari Universitas Melbourne, Australia, menyimpulkan bahwa biawak Perentie (Varanus giganteus) dan biawak-biawak lainnya, serta kadal-kadal dari suku Agamidae, kemungkinan memiliki semacam bisa. Selama ini, diketahui bahwa luka-luka akibat gigitan hewan-hewan ini sangat rawan infeksi karena adanya bakteria yang hidup di mulut kadal-kadal ini, akan tetapi para peneliti ini menunjukkan bahwa efek langsung yang muncul pada luka-luka gigitan itu disebabkan oleh masuknya bisa berkekuatan menengah. Para peneliti ini telah mengamati luka-luka di tangan manusia akibat gigitan biawak Varanus varius, V. scalaris dan komodo, dan semuanya memperlihatkan reaksi yang serupa: bengkak secara cepat dalam beberapa menit, gangguan pembekuan darah, rasa sakit hingga ke siku, disertai dengan beberapa gejala yang bertahan hingga beberapa jam kemudian.
Sebuah kelenjar yang berisi bisa yang sangat beracun telah berhasil diambil dari mulut seekor komodo di Kebun Binatang Singapura, dan meyakinkan para peneliti akan kandungan bisa yang dipunyai komodo. Bakteri yang paling mematikan di air liur komodo diperkirakan adalah bakteri Pasteurella multocida. Di samping mengandung bisa, air liur komodo juga memiliki aneka bakteri mematikan di dalamnya; lebih dari 28 bakteri Gram-negatifdan 29 Gram-positif telah diisolasi dari air liur ini. Bakteri-bakteri tersebut menyebabkan septikemia pada korbannya. Jika gigitan komodo tidak langsung membunuh mangsa dan mangsa itu dapat melarikan diri, umumnya mangsa yang tidak beruntung ini akan mati dalam waktu sehari atau seminggu akibat infeksi, karena komodo kemungkinan kebal terhadap mikrobanya sendiri, banyak penelitian dilakukan untuk mencari molekul antibakteri dengan harapan dapat digunakan untuk pengobatan manusia.
2.4 Habitat dan Konservasi Komodo
Habitat serta persebaran dari komodo atau ora (Varanus komodoensis) secara alaminya berada di pulau Komodo, Flores serta Rinca, Gili Motang, dan juga di Gili Dasami di Nusa Tenggara. Pulau-pulau itu termasuk di dalam lokasi Taman Nasional Pulau Komodo yang juga merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia yang ada. Habitat komodo adalah padang rumput terbuka (sabana) dan hutan belukar, terkadang juga di pesisir pantai. Komodo beraktivitas pada siang hingga sore hari, tetapi tetap berteduh ketika suhu udara sangat panas.
Biawak komodo merupakan spesies yang rentan terhadap kepunahan, dan dikatagorikan sebagai spesies Rentan dalam daftar IUCN Red List. Sekitar 4.000–5.000 ekor komodo diperkirakan masih hidup di alam liar. Populasi ini terbatas menyebar di pulau-pulau Rinca (1.300 ekor), Gili Motang (100 ekor), Gili Dasami (100 ekor), Komodo (1.700 ekor), dan Flores (± 2.000 ekor). Meski demikian, ada keprihatinan mengenai populasi ini karena diperkirakan dari semuanya itu hanya tinggal 350 ekor betina yang produktif dan dapat berbiak.
Bertolak dari kekhawatiran ini, pada tahun 1980 Pemerintah Indonesia menetapkan berdirinya Taman Nasional Komodo untuk melindungi populasi komodo dan ekosistemnya di beberapa pulau termasuk Komodo, Rinca, dan Padar. Belakangan ditetapkan pula Cagar Alam Wae Wuul dan Wolo Tado di Pulau Flores untuk membantu pelestarian komodo. Namun pada sisi yang lain, ada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa komodo, setidaknya sebagian, telah terbiasa pada kehadiran manusia. Komodo-komodo ini terbiasa diberi makan karkas hewan ternak, sebagai atraksi untuk menarik turis pada beberapa lokasi kunjungan.
Aktivitas vulkanis, gempa bumi, kerusakan habitat, kebakaran menyebabkan populasi komodo di Pulau Padar hampir punah karena kebakaran alami, berkurangnya mangsa, meningkatnya pariwisata, dan perburuan gelap. Semuanya menyumbang pada status rentan yang disandang komodo. CITES (the Convention on International Trade in Endangered Species) telah menetapkan bahwa perdagangan komodo, kulitnya, dan produk-produk lain dari hewan ini adalah ilegal.
Komodo yang ada di Taman Nasional Pulau Komodo semakin tahun semakin menurun jumlah populasi yang ada. Dilansir dari Mongabay.co.id, Alexander Sena, Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan NTT mengatakan, wacana penutupan wisata TN Komodo karena pertimbangan ada penurunan populasi komodo. Pada 2014, komodo ada 3.000, kini jadi 2.800 ekor. ”Ada data yang menunjukkan kecenderungan penurunan hingga pemerintah daerah pun ingin menjaga populasi. Biarlah komodo berkembang dalam habitat aslinya dan tetap liar,” katanya. Tak hanya penutupan sementara, Alex menginginkan ada pembatasan wisatawan yang bisa melihat Komodo. ”Nanti yang bisa lihat hanya yang beruntung, ini untuk mengatur agar pariwisata tetap berkelanjutan,” katanya.
Wacana ini diakui Alexander Sena sebagai bentuk kepedulian pemerintah daerah terhadap komodo yang jadi warisan dunia. Untuk itu, katanya, penting ada peningkatkan konservasi kepada satwa langka ini guna mempertahankan habitat asli, agar Pulau Komodo tetap terjaga. “Berkembang apa adanya, memperhatikan rantai makanan. Kita tingkatkan populasi, agar pasokan makanan terjamin.” Wiratno membenarkan, ancaman komodo antara lain, perburuan rusa yang jadi pakan satwa ikonik ini. KLHK telah mengembangbiakkan rusa di beberapa wilayah untuk mengurangi perburuan di taman nasional, antara lain, di Sape, Bima dan Nusa Tenggara Barat.
Sebelumnya, Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mengatakan, rencana penutupan TN Komodo, tak bisa putus sepihak, perlu pertimbangan dan penjelasan dari beberapa pihak, seperti Pemerintah NTT, Pemerintah Manggarai Barat, Kementerian Pariwisata, KLHK, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Keuangan.
Komodo merupakan hewan asli Indonesia, hewan purba dan juga menjadi hewan dilindungi yang ternyata juga memiliki banyak kegunaan bagi manusia. Meski air liur komodo mengandung racun karena penuh akan bakteri yang mematikan, ternyata komodo juga dimanfaatkan sebagai objek ekowisata di Taman Nasional Pulau Komodo dan kulitnya dapat dijadikan sebagai bahan dasar seni untuk membuat kerajinan. Inilah beberapa manfaat dari komodo yang dapat dimanfaatkan oleh manusia, antara lain:
1. Melawan Penyakit MRSA
Darh dari hewan komodo ternyata memiliki khasiat untuk melawan penyakit superbug seperti MRSA. MRSA yang merupakan singkatan dari Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus adalah salah satu jenis penyakit berat yang bisa menyebabkan infeksi. Ada sekitar ribuan orang yang meninggal dunia akibat MRSA setiap tahun dan sampel darah komodo yang digunakan sebagai bahan utama obat RDGN-1 dipercaya bisa menyembuhkan banyak penyakit berat. Para ilmuwan percaya jika darah komodo bisa melawan penyakit yang terjadi pada manusia dari mulai membersihkan luka sampai saluran jantung.
2. Membunuh Bakteri dan Menyembuhkan Luka
Dalam darah komodo mengandung peptida yang berguna untuk membunuh bakteri sekaligus mempercepat proses penyembuhan luka. Peptida sendiri merupakan molekul yang terbentuk dari 1 sampai 50 asam amino dan jika lebih maka molekul tersebut akan berubah menjadi protein. Ketika ada dalam tubuh manusia, maka peptida tersebut akan bertindak sebagai antibiotik sehingga bisa digunakan untuk pengobatan.
3. Meningkatkan Kekebalan Tubuh
Dari sebuah studi yang dipublikasikan Journal of Proteome dikatakan jika dalam darah komodo mengandung beberapa zat yang bisa dimanfaatkan manusia untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk mencegah serangan virus dan juga infeksi karena kandungan anti mikroba dalam darah komodo. Dalam penelitian, empat peptida yang terkandung dalam darah komodo berpotensi menjadi penangkal antibiofilm yakni ketika bakteri yang berkumpul dalam tubuh akan membuat tubuh manusia kebal terhadap antibiotik. Untuk itu, darah komodo menjadi salah satu alternatif yang bisa digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia.
4. Mengontrol Bangkai
Komodo menjadi salah satu jenis reptil yang memiliki gaya hidup malas dan akan menyerang manga dengan cepat untuk menaklukan mangsa tersebut. Bagi setiap reptil termasuk komodo, bangkai hewan yang sudah membusuk disebut dengan carrion merupakan makanan yang mudah untuk dikonsumsi. Untuk itulah hewan reptil seperti komodo memiliki peran lain untuk membersihkan bangkai hewan di lingkungan sekitarnya agar bisa tetap bersih.
5. Mengontrol Hewan Pengerat dan Serangga
Komodo juga memegang peran penting dalam mengendalikan hewan pengerat dan juga serangga seperti manfaat hewan bagi manusia lainnya. Populasi komodo nantinya bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk mengurangi jumlah serangga dan juga hewan pengerat seperti tikus yang merupakan hama bagi tanaman.
6. Obat Anti Pembekuan Darah
Dari hasil analisa berbagai spesies kadal termasuk juga komodo, para ilmuwan dari Macau, Australia, Hong Kong, Inggris dan Amerika dalam University Queensland mengungkapkan jika bisa komodo yang selama ini paling ditakuti karena mengandung bakteri yang mematikan ternyata bisa tersebut juga dikembangkan sebagai obat anti pembekuan darah. Pembekuan darah sendiri bisa menyebabkan berbagai penyakit berbahaya mulai dari stroke, serangan jantung, solusi kanker dan masih banyak lagi yang bisa berujung kematian bagi penderita. Bisa komodo tersebut ternyata memiliki mekanisme kerja obat yang serupa dengan pengencer darah.
7. Membasmi Hama
Keberadaan komodo juga bisa memberikan keuntungan bagi masyarakat yang hidup di sekitarnya. Komodo merupakan predator alami yang bisa memangsa banyak hama pada perkebunan di area sekitar seperti salah satunya adalah tikus. Tikus yang sangat mengganggu dan sulit diberantas nantinya bisa berkurang sebab komodo akan membantu mengurangi populasi hama dengan cara memakan hama seperti tikus tersebut.
BAB III
PENUTUP
1. Komodo atau juga disebut biawak komodo (Varanus komodoensis), adalah spesies biawak besar. Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan nama setempat ora.
2. Dalam alam bebas, ciri-ciri komodo yang sudah berumur dewasa umumnya mempunyai berat kurang lebih sekitar 70 kg. Spesimen liar terbesar yang dulu ada mempunyai panjang sebesar 3,13 meter dan memiliki berat 166 kilogram. Mempunyai ekor yang sama panjang dengan tubuhnya, serta ± 60 buah gigi yang bergerigi tajam dengan panjang ± 2,5 cm. Komodo juga mempunyai ciri-ciri lidah yang panjang, berwarna kuning serta bercabang mirip seperti ular.
3. Komodo adalah binatang yang penyendiri dan hanya berkumpul bersama pada saat makan atau berkembang biak. Biawak ini dapat berlari cepat hingga 20 km/jam pada jarak yang pendek. Komodo juga pandai berenang dan mampu menyelam sedalam 4.5 meter serta pandai memanjat pohon menggunakan cakar mereka yang kuat.
4. Habitat serta persebaran dari komodo atau ora (Varanus komodoensis) secara alaminya berada di pulau Komodo, Flores serta Rinca, Gili Motang, dan juga di Gili Dasami di Nusa Tenggara. Pulau-pulau itu termasuk di dalam lokasi Taman Nasional Pulau Komodo yang juga merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia yang ada. Habitat komodo adalah padang rumput terbuka (sabana) dan hutan belukar, terkadang juga di pesisir pantai. Komodo beraktivitas pada siang hingga sore hari, tetapi tetap berteduh ketika suhu udara sangat panas.
5. Komodo dimanfaatkan sebagai objek ekowisata di Taman Nasional Pulau Komodo dan kulitnya dapat dijadikan sebagai bahan dasar seni untuk membuat kerajinan. Selain itu, inilah beberapa manfaat dari komodo yang dapat dimanfaatkan oleh manusia, antara lain: Melawan penyakit MRSA, Membunuh bakteri dan menyembuhkan luka, Meningkatkan kekebalan tubuh, Mengontrol bangkai, Mengontrol hewan pengerat dan serangga, Obat anti pembekuan darah, dan Membasmi hama.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Komodo
https://manfaat.co.id/manfaat-hewan-komodo
https://satujam.com/sejarah-dan-ciri-ciri-komodo/
https://www.mongabay.co.id/2019/02/08/buka-atau-tutup-nasib-pulau-komodo-putus-juli-2019/
Alikodra. 2010. Pengelolaan Satwa Liar. Jilid 1. Yayasan Penerbit. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.
Dewi, I. 2016. Lembaga Konservasi Satwa Dalam Pespektif Perdagangan Satwa Ilegal. Jurnal Hukum. Program Studi Magister Ilmu Hukum. Universitas Udayana. Denpasar.
Khoiri. 2009. Status Populasi dan Konservasi Satwa Liar. Jurnal Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.
Komentar
Posting Komentar